Tulungagung, iNewsTulungagung.id - Lilik Wijayanti (59) seorang purna PNS di lingkup pemkab Tulungagung sehari-harinya menggeluti usaha makanan abon ayam.
Usaha abon ayam ini dirintis sejak tahun 2018 yang waktu itu masih berdinas di pemkab Tulungagung dan awalnya ia tertarik membuat abon tuna dan abon lele.
Setelah hasil karyanya abon tuna maupun lele dipasarkan ke teman temannya, kemudian dipasarkan ke beberapa pasar, sehingga produksi abon ayam miliknya ditingkatkan.
Mantan Sekretaris KPU periode 2014-2019 ini mengaku abon ayam yang digeluti ini diberi nama abon ayam "ULLAM" sehingga lebih dikenal di kalangan masyarakat.
Alasan memilih nama produk abon "ULLAM ini adalah ULLAM (bahasa Jawa) berasal dari kata lauk sehingga dipahami oleh masyarakat lokal.
Sertifikasi produk abon ayam ini masih dalam proses dan merk sudah didaftarkan ke kementrian dalam waktu dekat.
"Insya Allah proses sertifikasi halal akan turun dan merk dalam waktu dekat," paparnya.
Dari hasil produksi abon ayam ini dipasarkan di dalam hingga luar kota.
Varian rasa dari Abon Ayam ini ada 2 yakni rasa pedas dan rasa original. Namun varian pedas tidak terlalu banyak pedasnya, sehingga disukai anak anak.
"Ya nggak pedes pedes banget lah," ujarnya.
Proses pemasaran abon ayam "ULLAM" ini sudah dipasarkan di pasar lokal seperti minimarket, swalayan dan pusat oleh oleh di Tulungagung, sedangkan di luar kota merambah di tempat wisata seperti kota Batu, kota Malang, Lawang, Trenggalek hingga Blitar.
Untuk proses pemesanan lewat orderan melalui cod delivery (COD) sehingga bisa dilayani melalui admin yang sudah disiapkan.
Selain melalui COD juga pemesanan juga bisa melalui aplikasi seperti Bukalapak, Tokopedia, OLX.
Ada juga di toko offline berjumlah 100 toko baik lokal Tulungagung maupun luar kota.
Bahan dasar pembuatan abon ayam yakni daging ayam dan rempah rempah serta gula merah. Ayamnya diambil dada, karena banyak dagingnya dan bentuknya tebal.
Lilik yang juga mantan Sekretaris Disperindag Tulungagung ini mengaku pembuatan abon ayam perhari mendapatkan daging ayam 10 sampai dengan 15 kilogram, sedangkan perbulan sekitar 1,5 kwintal.
Untuk harga abon ayam "ULLAM" untuk yang pedas Rp. 22.500 sedangkan yang varian original Rp.21.500.
Rata rata yang diminati masyarakat yakni varian original, namun di luar kota dengan varian pedas.
"Jadi anak anak muda dan pondok senengannya varian pedas," katanya.
Omzet produksi abon ayam dalam satu bulan rata rata 9,5 juta rupiah hingga 10 juta rupiah.
"Alhamdulillah omzet pembuatan abon ayam naik," ujarnya.
Ada 3 karyawan yang dipekerjakan dalam membuat abon ayam ini.
Sampai saat ini dari pemkab belum ada peminat untuk dijadikan produk IKM di Tulungagung.
Diharapkan kedepan pemesanan produk abon ayam "ULLAM " baik offline maupun online harus memiliki cita cita lebih tinggi hingga pemasaran ke luar Jawa.
"Insya Allah akan ditambah varian dari abon ayam, nanti akan membuat produk baru seperti abon lele maupun abon tuna,
Meski berbahan dasar daging ayam ,namun harganya juga lebih tinggi dan tidak bisa diprediksi, termasuk harga kebutuhan dasar lain seperti minyak goreng, bawang merah dan bawang putih.
Namun kenaikan tersebut tidak berpengaruh terhadap pembuatan produk abon ayam miliknya dan tidak gampang tetekan dengan kebutuhan yang terlalu tinggi.
"Kita sudah antisipasi apabila harga mengalami kenaikan," ungkapnya.
Produk abon ayam "ULLAM " dikemas dengan berat 75 gram sehingga kemasannya lebih praktis dan ekonomis.
"Udah dibawa kemana mana bisa dimasukan di dalam tas," tukasnya.
Editor : Mohammad Ali Ridlo