Tulungagung, iNewsTulungagung.id - Kasus antraks di Kabupaten Tulungagung sempat mewabah pada tahun 2021, namun pada tahun 2023 ini justru kembali ditemukan.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Tulungagung melalui Kabid Kesehatan Hewan (Keswan), drh. Tutus Sumaryani mengatakan, pada bulan April 2023 kemarin, kasus antraks kembali ditemukan di Kabupaten Tulungagung. Padahal kasus tersebut sempat menghilang selama satu tahun lebih.
Hanya saja, kasus antraks di tahun 2023 ini tergolong sedikit dan tidak sampai mewabah. Pasalnya, pihaknya hanya mendapati laporan adanya 5 ekor sapi mati mendadak yang mana dua sapi diambil sebagai sampel dan hanya satu sapi yang dinyatakan positif antraks.
"Antraks di Tulungagung baru ada di tahun 2021, dan pada tahun 2022 sudah tidak ada, tetapi kembali lagi di tahun 2023 yang jumlahnya sangat sedikit," katanya, Senin (24/7/2023).
Tutus menjelaskan, setelah temuan kasus tersebut, pihaknya langsung melakukan penanganan dengan cara pengobatan di satu dusun sekitar lokasi temuan kasus antraks. Diketahui temuan hewan ternak mati akibat antraks itu berada di Desa Kradinan Kecamatan Pagerwojo.
Ia memastikan jika saat ini sudah tidak lagi ada temuan kasus antraks di Kecamatan Pagerwojo maupun di Kecamatan Sendang. Mengingat lokasi rawan temuan kasus antraks sendiri ada di dua kecamatan tersebut yang mana hewan ternak pada dua kecamatan itu sudah divaksin antraks.
"Setelah temuan itu kami melakukan pengobatan hewan ternak disekitar lokasi temuan. Serta melakukan vaksinasi antraks untuk hewan ternak di dua kecamatan rawan," jelasnya.
Tutus mengungkapkan, terkait penanganan temuan antraks usai temuan itu, hewan ternak yang mati terpapar antraks sudah ditangani sesuai prosedur yakni dengan dikubur sedalam 2 meter dan diberi formalin untuk membunuh bakterinya. Warga disana memang sudah mengetahui prosedur penanganan antraks usai temuan kasus pada tahun 2021 kemarin.
Menurutnya, pihaknya yang hanya melakukan uji lab terhadap sample dua ekor sapi itu dikarenakan memang tiga ekor sapi sisanya sudah dikubur terlebih dahulu oleh pemiliknya. Hal itu lantaran pemilik sapi yang mati khawatir jika sapi tersebut mati akibat terpapar antraks, sehingga memilih untuk mengambil langkah aman terlebih dahulu.
"Warga disana memang semuanya sudah paham dan waspada, sehingga saat ada sapinya yang mati mendadak langsung dikubur dan diberi formalin," ungkapnya.
Tutus menyebut jika sampai saat ini sudah sebanyak 18 ribu ternak pada dua kecamatan rawan itu yang sudah dilakukan vaksinasi termasuk vaksin booster. Vaksin tersebut dilakukan selain karena adanya temuan, tetapi juga sebagai langkah antisipasi lantaran adanya wabah antraks di Gunung Kidul.
Berdasarkan penelusuran dari dinas peternakan dan keswan, ternak yang mati di Pagerwojo akibat antraks itu lantaran ternak baru yang belum mendapat vaksin antraks. Maka dari itu, pihaknya menduga jika temuan antraks pada tahun ini disebabkan lantaran lalu lintas ternak itu sendiri yang mana pedagang di Tulungagung membeli hewan ternak dari luar daerah.
"Kami semakin perketat lalu lintas ternak, yang mana ternak yang masuk harus disertai surat keterangan kesehatan hewan (SKKH)," pungkasnya.
Editor : Mohammad Ali Ridlo
Artikel Terkait