Polisi Tetapkan Pelatih Silat Sebagai Tersangka atas Kasus Tewasnya Pelajar saat Latihan

Tulungagung, iNewsTulungagung.id - DAR warga Desa/Kecamatan Ngunut pelatih pencak silat yang terbukti melakukan latihan kepada siswanya RB (15) hingga meninggal dunia ditetapkan sebagai tersangka. Atas kasus tersebut, pelaku diancam hukuman 15 tahun penjara.
Kapolres Tulungagung, AKBP Teuku Arsya Khadafi seusai menggelar Konferensi pers di Halaman Mapolres Tulungagung menjelaskan, kejadian bermula pada pada Sabtu (18/11/2023), tersangka DAR datang ke SMAN 1 Ngunut untuk melatih pencak silat. Saat itu sudah ada sekitar empat siswa termasuk korban yang bersiap untuk mengikuti latihan.
Tersangka meminta keempat siswanya untuk melakukan pemanasan sebelum memulai proses latihan. Setelah pemanasan dirasa cukup, keempat siswa itu diminta berbaris untuk memulai sesi latihan, tersangka menyuruh siswa termasuk korban untuk memasang kuda-kuda.
"Tersangka kasus tewasnya pelajar usai latihan pencak silat adalah pelatihnya dan sudah diamankan," Jelasnya, Sabtu (25/11/2023).
Setelah memasang kuda-kuda, tersangka meminta agar para siswanya menahan nafas untuk menerima pukulan dari sang pelatih. Kemudian, satu persatu siswa dipukul pada bagian perut oleh tersangka termasuk korban sebanyak satu kali.
Tersangka juga menendang paha korban sebanyak dua kali selanjutnya tersangka memukul bagian dada siswanya termasuk korban. Dikarenakan tersangka khawatir pukulannya itu mengenai ulu hati, siswanya diminta untuk kayang.
Rupanya, pukulan tersebut membuat siswanya termasuk korban jatuh tersungkur ke belakang yang kemudian siswa melakukan kayang. Setelahnya, para siswa termasuk korban diminta untuk melemaskan badan dan kemudian berkemas untuk pulang.
"Sebenarnya sebelum memulai latihan, tersangka sempat menanyai siswanya apakah masih sakit usai latihan sebelumnya. Saat itu korban bilang sakit dan diminta untuk tetap ikut latihan, namun korban tetap memilih ikut latihan," jelasnya.
Sepulang latihan, atau tepatnya pada Minggu (19/11/2023) korban mengeluh kepada kedua orang tuanya jika punggungnya terasa nyeri usai berlatih silat. Ibu korban saat itu segera mengoleskan krim pereda nyeri di punggung korban dengan harapan nyerinya sembuh.
Namun pada Senin (20/11/2023) usai korban bangun tidur, rasa nyeri tersebut semakin terasa sakit, pukul 19.30 WIB korban dibawa ke rumah sakit (RS) untuk menjalani rontgen. Namun saat itu, kondisi korban semakin parah karena mengalami demam dan sering muntah.
"Korban sempat demam tinggi dan suhu tubuhnya mencapai 41 derajat, sering muntah, tidak nafsu makan hingga sulit tidur," ungkapnya.
Dikarenakan korban tidak bisa tidur akibat sakitnya itu, pada Selasa (21/11/2023) sekitar pukul 04.00 WIB, korban kembali dibawa ke RS oleh keluarganya untuk menjalani perawatan lanjutan. Diketahui selama satu hari menjalani perawatan di RS, korban justru mengalami kejang-kejang dan dimasukkan ke ruang ICCU.
Kemudian pada Rabu (22/11/2023) sekitar pukul 08.30 WIB, korban dinyatakan meninggal dunia di ruang ICCU setelah sempat tidak sadarkan diri sebelumnya.
Mendapati hal itu, keluarga korban melaporkan kejadian itu ke Polres Tulungagung.
"Berdasarkan penyelidikan dari keterangan para saksi dan bukti rekaman CCTV, tersangka terbukti lalai dan menyebabkan korban tewas,"katanya.
Diketahui, tersangka dikenakan Pasal 76C JO 80 ayat (1), (2) dan (3) UURI no. 35 tahun 2014 tentang Perubahan atas UU no. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak.
"Tersangka diancam hukuman 15 tahun penjara dan denda paling banyak Rp 3 miliar," "katanya.
Editor : Mohammad Ali Ridlo